BAB
I
PENDAHULUAN
1.
1 Latar Belakang
Sumber
Daya Alam Kabupaten Indramayu yang kaya dan beragam, baik dari sector
pertanian, hutan, dan kelautan seperti perikanan, penambangan lepas pantai
dengan produksi minyaknya, perhubungan seperti arus lalu lintas kapal tanker
yang membawa minyak mentah dan hasil olahanya serta kapal nelayan telah
dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi regional dan nasional.
Mengingat
keragaman ekosistem daratan dan lautan hususnya wilayah pesisir dan laut yang
merupakan lokasi beberapa ekosistem yang unik dan terkait, dinamis dan
produktif, Beberapa ekosistem utama di wilayah ini adalah Estuaria,hutan
marove,padang lamun, terumbu karang, pantai (brbatu dan berpasir), dan
pulau-pulau kecil. Dibalik peran yang strategis dengan adanya kekayaan laut
yang beraneka ragam, terdapat kendala dan kecenderungan yang mengancam yang
ditaandai dengan adanya degradasi fisik seperti pencemaran
perairan,penggundulan hutan mangrove, abrasi, dan timbulnya lahan kritis, yang
merupakan indikator pelaksanaan pembangunan lingkungan hidup daerah pesisir
belum optimal, dengan adanya beberapa benturan konflik kepentingan antara
beberapa proyek pembangunan.
Sebagai
tindak lanjut peran serta Upaya Pengelolaan Lingkungan, adalah diadakanya
tinjauan langsung yang di dalamnya memuat kegiatan Pemantauan Kualitas Air
Limbah Industri dan badan air, serta penelitian tentang komponen-komponen
ekosistem lainya di sekitar daerah pesisir, yang pada kesempatan kali ini
mengambil lokasi Pantai Karangsong karena diduga akibat dari kegiatan industri
dapat merusak atau mempengaruhi ekosistem di dalamya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan Umum:
Tujuan
utama dari pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Tujuan
Khusus:
Maksud
diadakanya praktikum Dasar-Dasar Lingkungan ini adalah untuk mendapatkan data
dan informasi mengenai keadaan ekosistem pesisir yaitu ekosistem tambak /
empang dan ekosistem mangrove meliputi:
1.
mengetahui
apa saja komponen abiotik yang terdapat pada lokasi.
2.
mengetahui
komponen biotik apa saja yang berperan sebagai produsen, macroconsumers, dan
microconsumers.
3.
mengetahui
interaksi (hubungan timbal balik) dari komponen ekosistem yang ada.
4.
mengetahui
manfaat dari keberadaan ekosistem tambak dan mangrove.
5.
mengetahui
langkah-langkah apa untuk merehabilitasi lingkungan ekosistem pesisir.
6.
Mengetahui
ciri-ciri fisik dan kimia pada ekosistem pantai dan ekosistem mangrove.
1.3
Pembatasan Masalah
Pada makalah ini penulis hanya
membatasi masalah tentang :
1.
Tinjauan
kondisi hutan mangrove dan pesisir pantai desa karangsong.
2.
Faktor
bahan pencemar yang merusak pesisir pantai karangsong
3.
Dampak
bahan pencemar terhadap ekosistem pesisir hususnya hutan mangrove dan pantai di
sekitar lokasi
4.
Langkah
apa saja yang harus dilakukan untuk menaggulangi dampak pencemaran terhadap
ekosistem pesisir.
1.4
Sistematika Penulisan
Penyusunan
makalah ini menggunakan teknik.
Telaah buku /
kepustakaan, yakni penulis membaca dan mengutip data yang didapat atau bahan
materi yang yang ditemukan dari buku-buku
sebagai panduan.
Pengumpulan
data, yakni mengumpulkan semua data yang didapat dari media cetak seperti koran, lampiran kertas, materi karya
ilmiah,dan bahan lain yang berhubungan maupun media elektronik seperti kutipan
dari internet dan televisi.
Dengan
metodologi penelitian secara langsung (observasi langsung) meliputi kegiatan
pengambilan sampel dan pengukuran yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.
1 Ekosistem Pesisir Estuari
adalah
wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebeas dengan laut
terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Di estuaria terdapat tiga
komponen fauna, yaitu fauna laut, air tawar dan payau. Komponen terbesar
didomonasi fauna laut.
Biota
yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup
endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari
laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai
kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik
komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia
serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial
merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya
di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Daerah
muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan
hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di
pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi
penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya
sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh
dan berlindung kapal, terutama di saatsaat laut berombak besar. Perkembangan
industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia
karena
Daratan
estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya
tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk
pencucian alatalat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang
limbah ke lingkungan akuatik.
Gambar 2.1 ekosistem
estuaria
Mengingat banyaknya
perikanan komersial yang tergantung pada ekosistem estuari ini maka
perlindungan ekosistem ini merupakan salah satu persyaratan ekonomik yang utama
agar perkembangan ekonomi di wilayah ini dapat dijaga kelanjutannya. Banyaknya
jenis pemanfaatan wilayah di ekosistem estuari ini menyebabkan sering
terjadinya bertentangan kepentingan dan kerusakan ekosistem yang berharga ini.
Oleh karena itu, perencanaan terpadu wilayah estuari ini perlu dilakukan dengan
seksama untuk menjaga ekosistem ini agar tidak rusak.
2.
2 Ekosistem Pesisir Padang Lamun
Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan
berbunga (Angiospermae) yang memiliki rhizome, daun dan akar sejati yang
hidup dan terbenam di dalam air laut. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang
luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai
bagi pertumbuhanya. Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai
dari substrat berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang lebih luas
sering ditemukan di substrat Lumpur-berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove
dan terumbu karang.
Secara
tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk keranjang anyaman, dibakar untuk
garam, soda atau penghangat, bahan isian kasur, atap, bahan kemasan, pupuk,
isolasi suara dan suhu. Pada jaman modern ini, lamun dimanfaatkan antara lain
sebagai penyaring limbah, stabilisator pantai, pupuk, makanan dan
obatobatan.Padang lamun berlaku sebagai daerah asuhan, pelindung dan tempat
makan ikan, Avertebrata, dugong dan sebangsanya. Padang lamun juga berinteraksi
dengan terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun ini terdapat di banyak
perairan pantai di negara kita. Di Kepulauan Seribu, misalnya, terdapat
ekosistem ini yang berdampingan dengan mangrove dan terumbu karang. Ekosistem
ini dikaitkan dengan kehadiran dugong karena tumbuh-tumbuhan lamun menjadi
makanannya.
Gambar 2.2 morfologi lamun
2.
3 Ekosistem Pesisir Hutan Mangroove
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang
didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang-surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi
umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran
air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang-surut yang kuat.
Ekosistem
ini mempunyai dua komponen lingkungan, yakni darat (terestrial) dan air
(akuatik). Lingkungan akuatik pun dibagi dua, laut dan air tawar. Ekosistem
mangrove dikenal sangat produktif, penuh sumberdaya tetapi peka terhadap
gangguan. Ia juga dikenal sebagai pensubsidi energi, karena adanya arus pasut
yang berperan menyebarkan zat hara yang dihasilkan oleh ekosistem mangrove ke
lingkungan sekitarnya. Dengan potensi yang sedemikian rupa dan potensi-potensi
lain yang dimilikinya, ekosistem mangrove telah menawarkan begitu banyak
manfaat kepada manusia sehingga keberadaannya di alam tidak sepi dari
perusakan, bahkan pemusnahan oleh manusia.
Gambar 2.3 Hutan
mangrove
Ekosistem mangrove
ditumbuhi sedikitnya oleh 89 jenis tumbuh-tumbuhan. Dari jumlah ini terdapat
empat jenis yang dinamakan “strict mangrove”, yakni Avicennia, Excoecaria,
Sonneratia dan Rhizophora. Selain ditumbuhi berbagai jenis
tumbuhan, ekosistem mangrove juga dihuni oleh berbagai jenis satwa. Sebagai
contoh, jenis burung seperti Ardea cinerea (cangak abu), Nomenius
schopus (gajahan sedang), Egretta sp. (kuntul), dan Larus sp.
(camar). Satwa lainnya yang hidup di sana adalah Macaca fascicularis
(kera ekor panjang), Varanus salvator (biawak), juga terdapat satwa yang
hidup di dasar hutan mangrove seperti kepiting graspid dan ikan gelodong (Periohthalmus).
2.7 Ekosistem
Pesisir Terumbu karang
Sama halnya dengan hutan mangrove,
terumbukarang merupakan salah satu ekosistem khas yang terdapat di wilayah
pesisir dan laut daerah tropis.
Gambar 2.4 terumbu
karang
Pada
dasarnya terumbu karang terbentuk dari endapan-endapan massif kalsium karbonat
(CaCO3), yang dihasilksn oleh organisme karang pembentuk terumbu (Karang
hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis
dengan zookantelle, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme
lain yang menyeleksi kalsium karbonat.
BAB
III
KONDISI
UMUM LOKASI STUDI
3.
1 Kondisi fisik
Secara umum kondisi fisik wilayah
pesisir pantai kaarangsong cukup memprihatinkan dikarenakan masih banyak
sisa-sisa pencemaran minyak dan bungkusan-bungkusan yang berisi minyak pekat
yang sengaja dikumpulkan dari bibir pantai guna mengurangi pencemaran yang
menggenang, sejumlah empang atau tambak milik warga yang dekat dengan kegiatan
pembersihan limbah cair dan pembuatan beton penahan abrasi terlihat kering,
gersang dan nampak tidak terurus. Sejumlah waraga lebih
memilih memindahkan tambaknya ke daerah lain dikarenakan hawatir ikan dan udang
di dalam tambak mati karena terkena ceceran limbah cair yang hanya berjarak
beberapa meter saja. Disamping itu nelayan juga banyak pindah tempat untuk
mencari ikan,yang dulunya ikan-ikan
masih bisa hidup di wilayah ini, karena tercemar, maka ikan-ikan dan biota laut
lainya pindah tempat hunian.
Gambar
3.1 Pencemaran minyak di pantai karangsong
Data pengambilan sample proyek
pembangunan pada 28 Oktober 2000 SETDA Kabupaten Indramayu diambil dari dua
titik yaitu saluran irigasi Desa Karangsong dan Muara Sungai Praja Gumiwang.
Hasil analisis laboratorium dapat dilihat pada table di bawah ini.
BML : SK Gub Propinsi Jawa Barat
No. 38 Tahun 1991
Hasil analisis Menunjukkan bahwa
konsentrasi parameter yang melebihi BML adalah zat terlarut, DHL, NH3, dan H2s.
Tingginya
DHL adalah adanya interusi air laut yang diperkuat oleh kandungan Clorida yang
tinggi.Melihat temperature air dan pH yang tinggi membuat kelarutan gas NH3-N
dalam air menjadi tinggi.
Adanya
kandungan Fe, Mn dan F berasal dari proses erosi tanah yang
mengalir.Berdasarkan kandungan kadar BOD dan COD maka tingkat pencemaran bahan
organic perairan ini termasuk kategori berat.
BML
: Kep – 02/MEN/1988
Hasil analisa menunjukkan bahwa
kosentrasi parameter yang melebihi BML adalah zat padat tersuspensi, Nitrit dan
Cd. Tingginya zat tersuspensi karena tingginya sedimentasi dari sungai sehingga
air berwarna coklat pekat dan adanya ombak yang mengangkut pasir dari dasar
laut ke daratan.
Adanya
nitrit bias berasal dari industri, sisa pupuk atau pemukiman melihat adanya
kandungan detergen dalam air.
Walaupun
hasil penelitian terhadap pestisida tidak ada ditunjukkan oleh tidak adanya
Organo Clorin dan Polokhlorinated tetapi adanya kandungan Cd, diduga dari
pestisida golongan fungisida yang kumulatif karena sifatnya yang tidak terurai
dan buangan industri.
Bila
dibandingkan dengan sebelah hulunya maka kandungan Oksigen mengalami penurunan
disebabkan oleh menungkatnya kandungan nitrit dan NH3 sedangkan pada saat
pemantauan ombak tidak terlalu besar. Berdasarkan kadar BOD dan COD maka
tingkat pencemaran bahan organic perairan ini termasuk kategori sedang.
BAB
IV
METODOLOGI
STUDI
4.1 Tempat dan Waktu Studi
Praktikum
dilakukan pada tanggal 02 desenber 2011, bertempat di Desa Karangsong Blok
Wanasari, Indramayu.
Pengambilan sample
dilakukan di sekitar hutan mangrove dan pantai / pesisir Desa Karangsong.
4.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah :
1
Termometer 1 buah
2
PHmeter
3
Air Bersih
4
Tisu / lap bersih
5
Alat ukur kadar garam / salinitas (
konduktivitas meter)
4.
3 Metode Pengumpulan Data
Metodologi
terbagi dalam dua bagian yaitu metoda pengumpulan data dan metoda analisis
data.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh secara primer dan
sekunder.
A. Pengumpulan data primer
Data primer merupakan data yang didapat
secara langsung dilapangan baik berupa pengamatan maupun pengambilan sampling
di titik tertentu yang ditetapkan untuk kemudian dilakukan pemeriksaan /
analisis,
Kegiatan samling
dilakukan dengan beberapa cara :
1.
Pengambilan contoh air
Merupakan sejumlah
contoh air yang diambil langsung dari badan air
yang dipantau.
2.
Pengambilan contoh tanah
Dilakun untuk
mengetahui jenis tanahnya dan biota yang hidup di dalamya.
B. Pengumpulan data sekunder
Dilakukan pengumpulan data dari
berbagai informasi buku, artikel dan lainnya.
Metoda Analisis
Parameter
air yang diditeksi diantaranya adalah suhu air, PH air, salinitas, warna air,
dan bau.
Data yang telah
terkumpul lalu kemudian dibandingkan dengan standar yang berlaku / keadaan
normal.
BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.
1 Ekosistem Mangrove
A.
Pertanyaan
1. Lokasi
praktek : blok …………, desa :…………, kec : ……………
2. Sebutkan
komponen abiotik pada ekosistem mangrove ?
3. Sebutkan
komponen ekosistem yang berfungsi sebagai produsen (producers) ?
4. Sebutkan
komponen ekosistem yang berfungsi sebagai konsumen makro (makroconsumers) pada ekosistem mangrove?
5. Sebutkan
komponen ekosistem yang berfungsi sebagai konsumen mikro (microconsumers) pada ekosistem mangrove?
6. Jelaskan
interaksi (hubungan timbale balik) pada ekosistem pertambakan dari 4 komponen
utama tersebut diatas ?
7. Sebutkan
manfaat dari keberadaan dari ekosistem mangrove?
8. Sebutka
factor-Faktor yang menyebabkan rusaknya ekosistem mangrove ?
9. Sebutkan
langkah-langkah apa saja untuk merehabilitasi lingkungan ekosistem mangrove ?
10. Gambarkan
peta transek sketsa ekosistem pada lokasi praktek dan
Tentukan
ciri-ciri fisik dan kimia pada ekosistem Mangrove meliputi :
-
Suhu Udara :............
-
Suhu Air :……….
-
pH air :……….
-
Salinitas :……….
-
Tekstur Tanah : Berpasir halus / liat / lempung berpasir
B. Pembahasan
1. Lokasi
praktek : Blok Wanasari ,Desa karangsong
2. Komponen
abiotik yang ada di mangrove adalah
i.
Tanah
ii.
Batu
iii.
Air
iv.
Sinar matahari
v.
Udara ( oksigen dll)
vi.
Sampah ( plastik dan kertas)
vii.
Sisa organisme ( kayu, batok kelapa,
tumbuhan mati, cangkang kerang, dan bekas daun )
3. Konponen
yang berfungsi sebagai produsen adalah
i.
pohon bakau (bakauan)
ii.
Rumput
iii.
Pohon api-apian
iv.
Alga
v.
Pohon Mangrove
4. Yang
berfungsi sebagai konsumen makro adalah
i.
Ikan Glodog
ii.
Kepiting
iii.
Udang
iv.
Ikan lain
v.
Burung
vi.
Serangga
5. Yang
berfungsi sebagai konsumen mikro adalah
i.
Cacing
ii.
Sumpil (sejenis gastropoda)
iii.
Plankton
6. Interaksi
yang terjadi dari 4 komponen tadi adalah
Terjadi
interaksi yang saling menguntungkan yaitu terjadi rantai makanan, masing –
masing komponen menjalankan fungsinya secara teratur, pohon mangrove
sebagaimana tumbuhan lainya mengkonversi cahaya matahari dan zat hara
(nutrient) menjadi jaringan tubuh (bahan organic) melalui fotosintesis.
Mangrove merupakan sumbermakanan potensisal dalam berbagai bentuk,bagi semua
biota yang hidup di ekosistem hutan mangrove. seperti dimanfaatkan oleh udang,
ikan, kepiting maupun plankton sebagai sumber makanan, yang kemudian dari
interaksi tersebut membentuk suatu pola / alur perpindahan energi dari cahaya
matahari, yang dikonversi bakauan, menuju konsumen mikro dan sampai pada
organisme makro yang hidup di dalam hutan mangrove.
7. manfaat
ekosistem mangrove adalah
-
Sebagai peredam gelombang
-
Penghasil sebagian besar detritus
-
Sebagai daerah asuhan
-
Penghasil kayu untuk bahan konstruksi,
kayu bakar,pembuatan arang,dan untuk bubur kertas.
-
Sebagai pemasok larva ikan dan udang
alam.
8. Penyebab
rusaknya ekosistem mangrove
-
pencemaran limbah
-
Pengalihan aliran air tawar, misalnya
pada pembangunan irigasi
-
Konversi menjadi lahan pertanian,perikanan,
pemukiman dll.
-
Pembuangan sampah cair dan padat
-
Penambangan dan ekstraksi mineral, baik
didalam hutan maupun di sekitar hutan mangrove.
9. Langkah
merehabilitasi ekosistem mangrove
-
melakukan penanaman kembali pohon
mangrove di sekitar pesisir
-
tidak membangun tambak didekat pesisir
pantai
-
membersihkan sampah cair ataupun padat
karena dapat menghambat pertumbuhan mangrove.
2. Gambar
peta transek mangroove
50 mtr 500
meter ke darat
Ciri
– ciri fisik
Suhu
udara : 32 0C
Suhu
Air : 27,5 0C
pH
Air : 6
Salinitas : 36 0/00
Tekstur
Tanah : Lempung berpasir
5.2
Ekosistem pantai
Pertanyaan
1
Lokasi
praktek : blok :……………, dasa : …………….., kec : ……………..
2
Sebutkan
komponen abiotik pada ekosistem
pantai?
3
Sebutkan
komponen ekosistem yang berfungsi sebagai produsen (producers) ?
4
Sebutkan
komponen ekosistem yang berfungsi sebagai konsumen makro (makroconsumers)
pada ekosistem pantai?
5
Sebutkan
komponen ekosistem yang berfungsi sebagai konsumen mikro (microconsumers) pada
ekosistem pantai ?
6
Jelaskan
interaksi (hubungan timbal balik) pada ekosistem pantai dengan kegiatan
manusia?
7
Sebutkan
manfaat dari keberadaan dari ekosistem pantai?
8
Sebutka
factor-Faktor yang menyebabkan rusaknya ekosistem pantai?
9
Sebutkan
langkah-langkah apa saja untuk merehabilitasi lingkungan ekosistem pantai ?
10
Tentukan
ciri-ciri fisik dan kimia pada ekosistem pantai meliputi :
11
Suhu
Udara :..............
Suhu Air :………..
pH air :……….
Salinitas :……….
Tekstur Tanah : Berpasir
halus / liat / lempung berpasir
Pembahasan
1
Lokasi
praktek : Blok wanasari ,desa karansong
2
Komponen
abiotik yang ada di pantai adalah
·
Batu
·
Pasir
·
Air
·
Sinar
matahari
·
Udara
( oksigen dll)
·
Sampah
( plastik dan kertas)
2
Konponen
yang berfungsi sebagai produsen adalah
·
Lumut
·
Alga
3
Yang
berfungsi sebagai konsumen makro adalah
·
Ikan
Glodog
·
Kepiting
·
Udang
udangan
·
Pongo/empet
4
Yang
berfungsi sebagai konsumen mikro adalah
·
Cacing
·
Zoo
plankton
·
Sumpil
(sejenis gastropoda)
·
Plankton
5
Interaksi
yang terjadi dari 4 komponen tadi adalah
Terjadi interaksi yang saling
menguntungkan yaitu terjadi rantai makanan, masing – masing komponen
menjalankan fungsinya secara teratur, pohon bakauan merupakan produsen yang
mengkonversi cahaya matahari dan zat hara (nutrient) menjadi bahan organic
melalui fotosintesis, kemudian dimanfaatkan oleh udang, ikan, kepiting maupun
plankton sebagai sumber makanan, yang kemudian dari interaksi tersebut
membentuk suatu pola / alur perpindahan energi dari cahaya matahari, yang
dikonversi bakauan, menuju konsumen mikro dan sampai pada organisme makro yang
hidup di dalam tambak.
Yang selanjutnya dimanfaatkan oleh manusia sebagai
sumber makanan.
6
manfaat
ekosistem pantai adalah:
·
Sebagai
tempat wisata bagi pelancong.
·
Sebagai
pendapatan asli daerah indramayu
7
Faktor
penyebab rusaknya ekosistem
·
Sampah
plastik dan kertas
·
Limbah
minyak
·
Pencemaran
limbah cair(solar,oli,crude oil) sehingga airnya menjadi keruh.
8
langkah
merehabilitasi ekosistem pantai yaitu:
·
Melakukan
pembersihan pantai
·
Menanam
pohon bakauan / api-apian lebih banyak sebagai penahan longsor .
9
Ciri
– ciri fisik dari pantai yaitu:
Suhu
udara : 30ºC
Suhu
Air : 31ºC
pH
Air : 8
Salinitas : 32º/∞
Tekstur Tanah : pasir halus
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.
1 Kesimpulan
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
- Komponen hidup
(biotik)
- Komponen tak hidup
(abiotik)
Kedua
komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu
kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium,
ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton
yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen
abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen
yang terlarut dalam air.
Kondisi
umum di pantai karangsong oleh pencemaran bahan organik perairan ini termasuk
kategori berat. Kondisi di hulu sungai prajagumiwang pantai karangsong tingkat
pencemaran bahan organik perairan ini termasuk kategori sedang. Sebagian besar
hutan mangrove pada daerah pesisir telah rusak Lahan sekitar pesisir pantai
karangsong tidak layak lagi sebagai lahan pertambakan ikan dan udang. Ekosistem
pesisir pantai karangsong sudah rusak dan hanya sedikit sekali jumlah ikan yang
dapat hidup.
6. 2 Saran
Setelah penulis menyusun laporan ini,
penulis menyarankan.
1.
Kondisi
pantai karangsong menang sudah sangat memprihatinkan oleh sebab itu di samping
pengambilan / pembersihan limbah cair, sebaiknya dilakukan penanaman kembali
pohon mangrove yang sebagian besar telah rusak.
2.
Sebaiknya tambak / empang milik warga
yang sudah tidak produktif lagi
dipindahkan ke tempat lain atau di tutup yang kemudian digunakan sebagai
konservasi pengembangbiakan hutan mangrove.
3.
Pemerintah hendaknya menindaklanjuti
secara tegas oknum yang terus merusak atau melakukan pembuangan limbah di
wilayah pesisir, dan bekerja sama memberikan pengarahan pada masyarakat
mengenai usaha pelestarian ekosistem pesisir.
4. Pengembangan teknik pengolahan limbah perlu
di tingkatkan lagi dengan cara memperkenalkan pada industri dan masyarakat
tentang metode dan teknologi pengolahan limbah yang mudah dan murah serta
efesien seperti negara – negara maju.
LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
HIDUP
NOMOR :
KEP. 42 / MENLH / 10 /1996
TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI
KEGIATAN MINYAK
DAN GAS PANAS BUMI
TANGGAL : 9
OKTOBER 1996
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN EKSPLORASI DAN PRODUKSI MIGAS
PARAMETER
|
KADAR MAKSIMUM ( mg/l )
|
|
DARAT
|
LAUT
|
|
COD
|
300
|
-
|
MINYAK
DAN LEMAK
|
25
|
75
|
SULFIDA
(SEBAGAI H2S)
|
1
|
-
|
AMONIA
(SEBAGAI NH3-N)
|
10
|
-
|
PHENOL
TOTAL
|
2
|
-
|
TEMPERATUR
|
45
0C
|
-
|
pH 6,0
– 9,0
|
C:VNDRAM-1\DATA\LAM-BML.WK4
DAFTAR
PUSTAKA
Bagian
Lingkungan Hidup : 2000. Proyek pengendalian dampak lingkungan TA.2000. Bagian lingkungan hidup SETDA Kabupaten
Indramayu. Indramayu. (tidak
dipublikasikan
).
DDL, fotokopi :
2008. Sinopsis ekosistem dan sumber daya alam pesisir dan laut serta prinsip pengolahanya. Indramayu.
Jemai ( Japan
Environmental Management Association for Industry ) : 1999. Pengetahuan dasar pada penanggulangan
pencemaran lingkungan air. JETRO ( Japan External Trade Organization ).
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar